Seharusnya tulisan ini telah dibuat pada akhir tahun lalu. Dimana semestinya ini diposting ketika si pembacanya (mengacu pada objek utama dalam tulisan ini) sedang diliputi kegembiraan yang mengharu merah muda, bercampur aduk dengan beratus-ratus atau lebih perasaan belum bernama lainnya. Sebagai penebus ketelatan yang cukup keterlaluan ini, mari Kita anggap saja tulisan ini sebagai sesuatu yang manis yang sengaja dikecap belakangan, semacam kulit ayam KF* yang sengaja kita makan paling akhir biar kenikmatannya berlipat-lipat. Anyway, kulit ayam ini bukan ditujukan menggantikan kata manis ya, tapi menggantikan kata sesuatu, biar jelas yang dimaksudkan kalau tulisan ini kesannya emang sengaja ditulis belakangan biar manisnya jadi berpangkat-pangkat. ๐Ÿ˜„

Oke..
Serius ya..

Ide awal tulisan ini tercetus dari pemikiran yang sudah sejak sangat lama. Bahkan saat Kita masih bersama. Iya, ketika Kita sama-sama autis dan menguasai sepetak kamar dengan dunia Kita masing-masing. Benar, itu telah sejak Kita mengobrol sampai pagi dan kemudian bangun kesiangan untuk berangkat kuliah. Beruntungnya air di kost-an lagi nggak mati dan Kita masih sempat mandi sebelum berangkat. *salah fokus*

Kamu ingat, tidak?
Bagaimana Aku dengan seringnya menertawakan Kamu beberapa waktu setelah peristiwa tangisan di beranda belakang kamar Kita. Cukup kurang ajar dan tidak berperasaan ya, toh kenyataannya, kita adalah teman yang telah bertahun-tahun berbagi kamar kost. Apalagi pada peristiwa sakral itu terjadi, Aku, yang ngaku-ngaku teman bertahun-tahun ini, cuma bisa bolak-balik mengintip sembari takut-takut kalau Kamu akan terlalu nekad untuk melompat ke bawah. Berkali-kali Aku meyakinkan diriku sendiri kalau kamu tak akan Ku temukan nyangkut di pagar kawat belakang kost, bahkan Aku sampai parno sendiri saat suara tangismu tiba-tiba tak lagi terdengar.

Jika kamu mungkin akan melupakan momen itu, mungkin tidak buatku. Mungkin di depan Kamu Aku sering menertawakannya, tapi itu sepertinya lebih ke menertawakan diriku sendiri yang cuma bisa kayak orang bego yang ngeliatin Kamu yang menghadapi kondisi seperti itu tanpa berbuat apa-apa. Lalu, kembali ke akhir tahun kemarin, saat menerima pengumuman hari H Kamu itu, Aku masih jadi orang yang ngaku teman tapi gak ada di hari penting Kamu. I’m not a good friend, right?

Itulah alasanku buat mengetik tulisan ini. Aku bukan teman yang baik, bukan teman yang tau cara jadi teman yang baik, juga bukan teman yang mengerti, kalau kamu menganggap teman yang baik itu seperti apa. Intinya, lewat tulisan ini aku mau ngasih tau Kamu, ada orang bego yang sok-sok berusaha buat jadi teman yang baik buat Kamu. Iya, itu Aku.

Aku memikirkan berbagai jenis kado yang bisa Aku kasih ke Kamu biar Aku bisa jadi teman yang baik *kesannya nyogok ya..hehe*. Mulai dari Kado yang gak mungkin bisa Aku beli sampai yang bisa Aku beli tapi Kamu gak akan tau itu nyampe atau nggak kalau Aku nggak bilang (read-doa). Udah ikutan ngumpulin duit atas nama kado angkatan, tapi itu gak spesial dari Aku kan ya. Akhirnya ngirimin kado juga bareng ‘amak’ (baca-mimi), tapi itu request-an Kamu juga, mana udah gak mirip sama yang di minta, dikirimnya telat pula. Kurang spesial juga ujung-ujungnya. Aku semakin sadar, Aku bukan teman yang baik.

Akhirnya, Aku buat tulisan ini..

Kenapa tulisan?
Karena Aku cuma bisa meracau tak jelas, menyusun kata-kata yang kadang Aku sendiri nggak tau larinya mau kemana. Tapi, tulisan ini, Aku jamin cuma ada satu-satunya karena gak akan ada orang bodoh sepersis Aku yang cuma bisa nulis nggak jelas sebagai usaha buat jadi teman yang baik untuk Kamu. Ini kado spesial, fresh from oven, oven-nya ada di otak aku, sedikit-sedikit dapat kiriman hangat dari hatiku. *uhuk..uhuk..*

Sebenarnya aku bingung mau mengucapkan apa di tulisan ini. Padahal seharusnya Aku menulis banyak doa, harapan, dan ucapan khas untuk seorang teman yang melepaskan masa perjalanan sendirinya. Tapi Kamu pasti sudah bosan karena telah banyak menerima ucapan yang sejenis. Atau Aku seharusnya menulis petuah-petuah pernikahan, hmm..sebaiknya nggak usah karena Aku takut kamu tersesat kalau Aku yang ngasih petuah. Jadi, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih saja.

Loh?

Iya..
Aku mau berterima kasih untuk waktu bahagia dan waktu berat yang Kamu dan Abangย  telah bertahun-tahun lewati dengan gagah berani. Aku mau berterima kasih untuk keputusan saling mengikat yang telah lama di rencanakan itu. Juga terima kasih untuk hari istimewamu itu. Yang paling utama, terima kasih Kamu telah bahagia.
Lewat terima kasih itu, aku menitip doa biar selanjutnya ada bahagia berjuta-juta kali menghampiri perjalanan berdua mu selalu.
Aamiin..

Aku sudah jadi teman yang baik, belum?
Belum, ya? Memang, teman yang baik bukan predikat yang bisa diberikan hanya karena sogokan sebuah tulisan ya..haha

Kalau begitu, tulisan ini harus Aku akhiri sebelum merambat kemana-mana. Sebelum Kamu muak membacanya kalau nanti Aku tulis lebih panjang lagi.

Selalu bahagia ya, Kesayanganku..
My Berbie Panda..
Ulul..
:*

Untuk Kamu, aku kutip se-paragraf kepunyaan Fahd Fahdepi,

Disana, barangkali jodoh bukan semacam pertanyaan, tapi jawaban; semacam alasan untuk cinta yang kukuh dan keras kepala. Cinta yang meskipun dipenuhi banyak pertengkaran dan ketidakcocokan, harganya tak mungkin sebanding dengan dunia dan seisinya. Cinta yang entah bagaimana memberitahumu, sejak pertemuan pertama dengannya tak mungkin melepasnya pergi. Cinta yang selalu membuatmu gugup, yang membuatmu sulit berkata-kata untuk menjelaskan semuanya, bahwa Kamu mencintainya dan hanya ingin bersamanya.

image

Ps: Oh iya, tulisan ini punya tujuan lain untuk mengingatkan Kamu bahwa ada orang-orang yang akan selalu ada buat Kamu, mendukung Kamu, dan berdoa untuk kebahagiaan Kamu.